Senin tadi tanggal 21 Januari 2019 aku berangkat ke Solo untuk mengikuti kegiatan rekon keuangan dan BMN. Setelah segala sesuatunya telah dipersiapkan sedemikian rupa, barulah kami berangkat. Pesawat ke Yogyakarta berangkat pukul 06.30. Saya dan tim berangkat pukul 04.45an... Masih pagi.
Peralatan sudah dibawa, termasuk printer dan kertas, tinta, pakaian, dijadikan satu tas. Berita tentang bagasi berbayar masih simpang siur. Apakah masih diberlakukan gratis 10kg, atau sudah sama sekali no baggage. Modal nekat.
Dan ternyataa... di bandara Syamsudin Noor, bagasi lolos. Tidak dikenakan biaya sepeserpun. Berat timbangan tas sekitar 13 kg. Mungkin karena satu tiket ada 4 orang, jadinya terakumulasi jd 40kg free.
Selesai masalah bagasi, tinggal naik ke atas untuk menunggu keberangkatan.
Nothing problem. Kita berangkat jam setengah tujuh sesuai jadwal. Tiba di Yogya jam tujuh WIB. Sesambil berkompromi naik transport apa, kita memutuskan untuk nyari sarapan dulu.
Bandara jogya lumayan unik (karena baru pertama kali lihat bandara ada rel kreta apinya). Kita lewat bawah tanah untuk keluar. Sambil ngobrol2 kita memutuskan untuk coba2 naik kreta ke solo.
Kami pun mengecek ke loket stasiun. Murah meriah cuman 8rb. Jadwal keberangkatan sekitar pukul 09.22. Masih ada sekitar 2 jaman. Dua jam yah, bukan dua jamans.. kebetulan ada rumah makan depan terminal. Kita memutuskan untuk duduk di outdoor smoking area.
Setengah jam sebelum keberangkatan kita siap2 menuju stasiun. Wew. Kreta datang benar2 ontime.
Penumpang lumayan banyak. Kita gak kebagian tempat duduk. Keretanya seperti kreta antar propinsi jakarta malang. Dua kiri dua kanan berhadap-hadapan. Jalan tengahnya sempit. Sepertinya memang bukan didesain untuk angkutan antar kota. Tidak seperti commuter line yang tengahnya luas. Sehingga orang berdiri bisa muat banyak.
Karena kebagian bagian lorong tengah, jadinya saya tidak dapat melihat sawah-sawah dan gunung-gunung.
Sekitar pukul 10.15, tiba di Stasiun Solobalapan. Jalan menuju keluar stasiun tidak begitu jauh. Kita bisa langsung memesan taxi online.
Sekitar setengah jam tiba di Hotel Lorin D'Wangsa. Tempatnya lumayan. Sejuk. Ada akuarium besar di depan resepsionist. Isinya ikan arwana perak.
Kami langsung menuju ruang pertemuan di lantai 5. Tidak ada siapapun di situ. Setelah dicross cek acara dimulai pukul 13.00 wib
Kami menuju kamar hotel untuk menaruh tas.
Kamar terletak di lantai 4. Dengan nomor ruang 15. Jendela menghadap ke depan hotel. Banyak perumahan semi elite dengan type 90 tingkat dua. Perumahan itu masing masing memiliki arsitektur yang berbeda.
____
Hotel D'Wangsa memiliki interior seperti hotel pada umumnya. Lantai berkarpet, langit-langit yang tidak terlalu tinggi.
Selama menginap dsni, makan pagi siang dan malam sudah disediakan panitia. Kadang2 saya memesan gofood. Ada beberapa kuliner yang menarik. Salah satunya srabi. Rasanya unik. Seperti apam, tetapi memiliki texture yang lembut.
Selama berada di Solo tidak sempat jalan-jalan. Fokus pada pekerjaan rekon.
Setelah selesai acara, tim rekon Disnav Banjarmasin menuju Yogyakarta. Penerbangan ke Banjarmasin hanya satu kali dalam satu hari. Jadinya kami menginap di Yogyakarta.
Hotel Whiz yang terletak di jalan Dagen, sebuah jalan kecil di persimpangan Malioboro. Hotelnya lumayan sejuk. Ketika masuk ke lobi tercium aroma melati. Berasa seperti di Nakamura. Nuansa hijau mendominasi interior dalannya.
Setelah selesai istirahat, saya iseng membuka henpon. Cek medsos dan berita berita terkini. Berita tentang penghapusan tarif bagasi lionair terpampang di wall. Langsung saya cek ke CS lion. Dan benar, penumpang tidak diberikan bagasi gratis. Hanya tas jinjing dengan maksimal 7 kg yang boleh dibawa naik. Mereka menyarankan untuk membeli voucher bagasi agar harganya lebih murah. Sayangnya untuk pembelian voucher tidak dapat dilakukan online. Harus di kantor perwakilan Lionair. Ini yang tidak asik. Voucher bisa dibeli dengan agen travel online ketika melakukan booking. Jika lupa membeli saat booking, maka harus ke kantor perwakilan untuk pembelian voucher.
Setelah mendapatkan driver gojek, saya langsung berangkat menuju bandara Adisucipto. Waktu tempuh sekitar 1 jam. Sore itu waktunya macet.
Tiba di bandara langsung ke Lionair. Tidak antri. Voucher bagasi 15kg dikenakan biaya Rp255.000.
Setelah beres, lanjut mencari toko sparepart komputer. Barang yang dicari adalah kabel mini hdmi ke hdmi. Setelah browsing di google, dapat toko sparepart buana komputer. Langsung pesan gojek lagi. Lokasi penjemputan di depan kampus UIN.
Setelah berhujan-hujan, kami tidak dapat menemukan toko komputer itu. Entah alamatnya yang salah, ataukah tokonya yang sudah tutup. Mengapa itu terjadi kepadaku...
Okey daripada sia-sia, aku kembali mencari warung kopi. Muncul nama klinik kopi di aplikasi. Lokasinya lumayan dekat dengan toko komputer palsu tadi.
Sambil hujan-hujanan dengan si mbah driver gojek, akhirnya sampai ke lokasi. Dengan mengandalkan google map, lokasi terpelosok dapat dicapai.
Lokasi Klinik Kopi cukup tersembunyi. Berada di sebuah gang kecil yang dibatasi tembok tinggi. Berjejer dengan rumah rumah penduduk. Tidak ada nama Klinik Kopi di depan rumahnya. Yang ada hanya plang 'open'. Halaman depan yang rimbun menghiasi kesunyian tempatnya.
Setelah bertemu dengan pemilik kedai sekaligus baristanya, suasana kesunyian itu hilang. Sambutan hangat sehangat kopinya mengurangi dinginnya senja itu. Sebelum memesan diberi nomor antrian. Sang barista heran mengapa saya datang sendiri. Mungkin di sana tempat ngopi untuk rame-rame. Apakah memang ngopi itu harus rame-rame?
Setelah antrian dipanggil, bertemulah dengan si barista,, ditanya namanya siapa, dari mana, suka kopi apa... Awalnya saya agak heran, mengapa harus ditanya nama. Owh, ternyata buat struk pembelian. Baru kali ini toko memiliki struk yang dikirim ke hendpon. Saya lupa nanya dia pakai aplikasi apa. Bisa tuh buat aplikasi gudang dikantor. Lansung cetak dan dikirim ke bos barang masuk keluar.
Ada berbagai macam biji kopi yang ditaruh di toples. Lupa namanya apa. Lalu aku pilih bourbon merah. Katanya rasanya seperti ada coklat2nya gitu.
Bubuk kopi tadi dihaluskan. Tidak terlalu halus. Kemudian ditaruh di atas saringan, lalu disiram air panas. Rasanya unik. Tidak terlalu pahit. Yang jelas beda jauh rasanya dengan kopi sachetan.
Setelah nyantai selama kurang lebih 15 menit, langsung cus menuju Nakamura. Lokasinya dipinggir jalan ring road.
Nakamura di Yogya beda dengan di Banjarmasin. Tarifnya lebih mahal dari Nakamura Banjarmasin. Kartu member tidak bisa dipakai di sana. Jadinya tidak dapat diskon member. Hanya berlaku sistem poin, dengan gratis terapi setelah kuponnya dibubuhi cap sampai penuh.
Sekitar pukul delapan kembali meluncur ke hotel. Teman-teman sudah menunggu di jajanan sekitar Malioboro.
Ada berbagai macam dagangan. Dari kuliner, pakaian, hingga tukang pijat. Pengamen juga ada. Ornamen-ornamen unik khas jawa, patung singa dari aluminium jug menghiasi trotoar.
----
Keesokan harinya. Sebelum ke bandara mampir dulu di prabik bakpia 25. Lokasinya tersembunyi. Dengan nuansa bangunan belanda dan keraton. Cocok sekali untuk scene drama kolosal. Harga bakpia beraneka ragam, ada yang 30rb sampai 45 rb. Untuk yang reguler, tersedia rasa coklat, keju, dan kacang hijau. Untuk yang premium, tersedia rasa durian, coklat, dan lain-lain.
---
Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya kami masuk ke dalan pesawat. Jarak tempuh dari ruang tunggu ke pesawat tidak terlalu jauh. Penumpang naik secara teratur.
Setelah satu jam, barulah pesawat meluncur. Cuaca agak berawan sehingga terasa sekali getaran dan goncangan di dalam pesawat.
Hal serupa juga terjadi ketika pesawat hampir tiba di Banjarmasin. Cuaca berawan. Goncangan sangat terasa ketika pesawat menembus awan. Pesawat beberapa kali melakukan maneuver berputar untuk menunggu pesawat di depannya mendarat.
---
Setibanya di bandara, mobil jemputan langsung datang. Kami mampir di sebuah kedai nasi. Menunya nasi dengan lauk bebek. Bumbunya gurih sekali. Bikin ketagihan. Reviewnya sudah kuberi bintang lima di google map.
0 comments:
Post a Comment