Wednesday 15 August 2018

Autobiografi

AUTOBIOGRAFI HARMIYONO UTOMO

Nama saya Harmiyono utomo. Dulu waktu kecil sering dipanggil Dede. Sehingga sewaktu SD nama lengkap jadi ditambang Ade di depannya. Jadi panjangnya Ade Harmiyono Utomo.

Sejak kecil, saya dibesarkan orang tua saya yang bernama Endang Murtini, dan suaminya yang bernama Soeparmo Rambat. Dengan perhatian yang cukup baik, saya dapat tumbuh besar hingga sekarang.

Awal perjalanan hidup saya dimulai dari sebuah kota di Aceh, Lhokseumawe, pasa tanggal 25 Mei 1986. Waktu itu adalah hari minggu. Kata bapak saya, arti dari Harmiyono Utomo adalah, Har itu, Mi itu minggu, Yono itu ada, Utomo itu Utama. Jadi arti nama saya adalah ada hari minggu yang utama.

Setelah satu bulan saya lahir, bapak memutuskan untuk berhenti bekerja di sebuah perusahan exportir udang, dan pindah ke Banjarmasin untuk berwiraswasta. Namun usaha itu tidak berjalan mulus. Bapak berhenti berusaha tambak udang sekitar tahun 2000an. Jadilah ibu yang mencari nafkah. Dari tukang jahit, berdagang peyek, hingga pedagang makanan di pasar.

Banyak pengalaman yang tidak terlupakan sewaktu kecil, dari TK sampai beranjak SMA. Dari tangan patah gara-gara bermain petak umpet, sampai piknik ke gunung bersama teman sekomplek. Bercerita tentang masa lalu itu rasanya seperti memutar waktu dan kembali ke masa lalu.

Pengalaman di SD yang tidak terlupakan adalah sewaktu berkumpul bersama teman-teman. Bermain kelereng, petak umpet, lempar bola kasti, main tali karet, pesantren kilat, menjelajah kecamatan, bertemu kucing peliharaan yang dibuang ibu, dan masih banyak lagi. Hal yang menyedihkan adalah ketika acara perpisahan kelulusan.
Beranjak SMP di tahun 1998. Pada waktu inilah, nama saya berubah jadi Harmiyono Utomo, karena menyesuaikan dengan akta kelahiran. Jadinya saya sendiri agak canggung ketika dipanggil Harmi, ada empat orang teman SD yang masuk SMP yang sama, mereka tetap memanggilku dengan 'Ade'. Jadinya teman-teman yang lain pada ikutan.
Hal yang berkesan waktu itu adalah ketika mengerjakan tugas mencangkok tanaman. Waktu itu saya mencangkok pohon mangga punya tetangga. Sampai sekarang pohon cangkokan itu masih tumbuh di halaman depan rumah.
Beranjak SMA di tahun 2001, sebagian teman satu angkatan SMP masuk ke SMA yang sama dengan saya. Jadinya nama 'Ade' kembali menjadi nama panggilan saya. Pengalaman yang menyenangkan sewaktu SMA adalah sewaktu di kelas 2-4. Teman-teman pada gokil. Hingga sewaktu acara perpisahan kakak kelas kami membuat kabaret.
Kegalauan muncul ketika mendekati kelulusan SMA. Bingung menentukan masuk perguruan tinggi, ataukah bekerja. Kondisi keuangan keluarga sangat terbatas. Ibu tidak mungkin bisa membiayai untuk saya melanjutkan ke perguruan tinggi. Sempat berniat untuk mendaftar di STAN, namun nilai tidak mencukupi untuk memenuhi persyaratannya.

Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil kursus Bahasa Inggris dan komputer, di sebuah lembaga kursus. Tidak ada teman lama saya di sini. Nama panggilan saya pun berubah jadi Yono, karena menurut saya panggilan 'Ade' untuk saya sudah tidak relevan lagi. Awalnya agak canggung, namun akhirnya terbiasa hingga sekarang. Saya seperti memiliki jiwa yang baru, dunia yang baru.

Alhamdulillah ilmu yang saya dapatkan bisa bermanfaat sampai sekarang. Saya bisa mengoperasikan komputer karena bahasa Inggrisnya, bukan karena ilmu komputer. Keuntungan lainnya adalah saya dengan leluasa dapat mengerti cerita drama-drama Jepang favorit dari subtitlenya yang kebanyakan adalah ditulis dalam bahasa Inggris.
Di tahun 2006 saya baru bisa menggunakan browser. Terima kasih kepada sahabat saya yang mengenalkan saya perbedaan antara search engine dengan address bar, sehingga saya sekarang dengan leluasa googling.
Di Tahun 2006 itu juga saya mulai bekerja di sebuah kantor pemerintahan, Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin. Sebuah instansi di bawah Kementerian Perhubungan yang menangani dan mengelola sarana bantu navigasi pelayaran.

Hingga beranjak ke Tahun 2009. Saya berteman di Facebook dengan seorang yang bernama Ijah. Awalnya berteman biasa. Tiba-tiba dia mengaku-ngaku sebagai kakak kandung saya. Karena rasa tidak percaya, saya tidak membalas semua pesan-pesannya. Hingga akhirnya dia bilang bahwa saya mempunyai tanda lahir. Pada saat itu saya kaget. Siapa dia? Bagaimana dia bisa tahu tentang tanda larih? Jika benar saudara, mengapa selama ini Ibu tidak pernah menceritakan hal itu? Akhirnya saya menguatkan diri untuk menelpon. Dia bilang bahwa orang tua yang ku kenal selama ini bukanlah orang tua kandung. Sontak saja saya kaget bagaimana mungkin orang tua yang saya kenal selama ini adalah bukan ibu kandung. Kemudian telepon disambungkan ke Ibunya. Saya masih tidak percaya dan berbicara seadanya. Ibu bilang bahwa sewaktu di Aceh dulu keluarga tidak punya cukup biaya, sehingga saya sengaja dititipkan ke Ibu Endang untuk dirawat dan dibesarkan dengan baik. Setelah mengetahui hal itu saya tetap menjaga kerahasiaan dan tidak menceritakan kepada Ibu Endang.

Tahun 2010, saya memberanikan diri untuk pergi ke Tulung Agung untuk menjumpai ibu kandung masih tanpa sepengetahuan Ibu Endang. Setelah bertemu langsung kedua orang tua kandung, Ibu menangis dan memeriksa tanda lahir itu.

Setelah pertemuan itu, saya baru tahu saya adalah anak ke-12 dari 12 bersaudara. Mereka ada di Aceh, Medan, Depok, Tulung Agung, dan Ambon. Kakak pertama dan keempat meninggal di Aceh karena kecelakaan. Yang ada sekarang tinggal sepuluh orang termasuk saya. Tahun 2011 Ayah angkat saya di Banjarmasin berpulang, bahkan saya belum sempat bercerita tentang hal itu.

Setelah dua tahun, akhirnya saya bercerita kepada keluarga Ibu Endang, dan mereka membenarkan tentang hal itu. Ibu Endang pun sekarang sudah mengetahui bahwa saya sudah mengetahui itu. Alhamdulillah pada tahun 2013 saya bisa mempertemukan kedua ibu saya di Depok, di rumah kakak saya yang kedua.

Tahun 2015 saya diperkenalkan dengan seorang wanita oleh seorang pengajar pemetaan yang merupakan teman dia sewaktu SMP. Waktu itu saya sedang mengikuti latihan privat pemetaan dan topografi di Bogor.

Tahun 2016 akhirnya saya menikah dengan wanita itu, dan sekarang dikaruniani seorang anak perempuan lucu yang bernama Haruna Maheswari. Semoga nanti dia senantiasa memberikan kebahagian orang-orang disekitarnya, seperti bidadari musim semi yang senantiasa menghijaukan daun di sepanjang tahun.

Salam,
HARMIYONO UTOMO

#alineaku #onlinekonselor